BAB
6
KONSEP
- KONSEP MOTIVASI
DEFINISI MOTIVASI
Banyak individu
secara salah memandang motivasi sebagai sebuah sifat pribadi. Dalam praktiknya,
manajer yang tidak berpengalaman sering menyebut karyawan yang terlihat kurang
motivasi sebagai karyawan yang malas. Pendapat tersebut sama sekali tidak
benar. Motivasi (motivation) sebagai proses yang menjelaskan
intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Intensitas
berhubungan dengan seberapa giat seseorang berusaha. Intensitas yang
tinggi akan menghasilkan prestasi kerja apabila berkaitan dengan arah
yang menguntungkan perusahaan atau organisasi. Ketekunan adalah dimensi
yang mengukur seberapa lamanya seseorang bisa mempertahankan usahanya.
TEORI-TEORI
MOTIVASI PADA ZAMAN DAHULU
1.
Hierarki Teori
Kebutuhan (Hierarchy Of Needs) Abraham
Maslow
Abraham Maslow membuat hipotesis yang menyatakan bahwa dalam setiap diri
manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut
adalah:
a.
Fisiologis. Meliputi rasa lapar, haus,
berlindung, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya.
b.
Rasa Aman. Meliputi rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan
emosional.
c.
Sosial. Meliputi rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan
persahabatan.
d.
Penghargaan. Meliputi faktor-faktor
penghargaan internal seperti hormat diri, otonomi, pencapaian dan faktor-faktor
penghargaan eksternal seperti status, pengakuan dan perhatian.
e.
Aktualisasi Diri. Merupakan dorongan untuk
menjadi seseorang sesuai kecakapan: meliputi pertumbuhan, pencapaian potensi
seseorang dan pemenuhan diri sendiri.
Maslow
memisahkan lima kebutuhan ini kedalam urutan-urutan yang lebih tinggi dan lebih
rendah. Kebutuhan tingkat bawah (lower-order needs), kebutuhan yang
terpenuhi secara eksternal; meliputi kebutuhan fisiologis dan rasa aman. Kebutuhan
tingkat atas (higher-order needs), kebutuhan yang terpenuhi secara
internal; meliputi kebutuhan sosial, penghargaan dan aktualisasi diri.
2.
Teori X Dan Teori Y
Douglas McGregor mengemukakan dua pandangan nyata mengenai manusia:
dasarnya negatif Teori X(Theory X) dan dasarnya positif Teori
Y (Theory Y).
Menurut Teori X, empat asumsi
yang dimiliki oleh manajer adalah:
a.
Karyawan pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan, dan
sebisa mungkin untuk menghindarinya.
b.
Karena karyawan tidak menyukai pekerjaan, mereka harus
dipaksa dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan-tujuan.
c.
Karyawan akan menghindari tanggung jawab, dan mencari
perintah formal bila mungkin
d.
Sebagian karyawan menetapkan keamanan di atas semua
faktor lain terkait pekerjaan dan menunjukkan sedikit ambisi.
Menurut Teori Y,
menyebutkan empat asumsi positif sebagai berikut:
a. Karyawan menganggap
kerja sebagai hal yang menyenangkan, seperti halnya istirahat atau bermain.
b. Karyawan akan
terlatih mengendalikan diri dan emosi untuk mencapai berbagai tujuan.
c. Karyawan bersedia
belajar untuk menerima, bahkan mencari tanggungjawab
d. Karyawan mampu membuat
berbagai keputusan inovatif yang diedarkan ke seluruh populasi, dan bukan hanya
bagi mereka yang menduduki posisi manajemen.
3.
Teori Dua Faktor
Teori dua faktor (two-factor theory) juga disebut teori motivasi
higiene (motivation-hygiene theory) dikemukakan oleh Frederick Herzberg,
yaitu teori yang menghubungkan faktor-faktor intrinsik (seperti kemajuan,
pengakuan, tanggung jawab dan pencapaian) yang berhubungan dengan kepuasan
kerja, sementara mengaitkan faktor-faktor ekstrinsik (seperti pengawasan,
imbalan kerja, kebijaksanaan perusahaan dan kondisi-kondisi kerja) yang
berhubungan dengan ketidakpuasan kerja. Kondisi-kondisi yang melingkungi
pekerjaan seperti kualitas pengawasan, imbalan kerja, kebijaksanaan perusahaan,
kondisi fisik pekerjaan, hubungan dengan individu lain dan keamanan pekerjaan
digolongkan oleh Herzberg sebagai faktor-faktor higiene (hygiene
factors).
TEORI-TEORI
MOTIVASI KONTEMPORER
1.
Teori Kebutuhan
McClelland
Teori kebutuhan McClelland (McClelland’s
theory of needs) dikembangkan oleh David McClelland dan rekan-rekannya.
Teori tersebut berfokus pada tiga kebutuhan: pencapaian, kekuatan dan hubungan.
a.
Kebutuhan
pencapaian (need for achievement), dorongan untuk
melebihi, mencapai standar-standar dan berjuang untuk berhasil.
b.
Kebutuhan kekuatan (need for power), keinginan untuk memiliki
pengaruh, menjadi yang berpengaruh, dan mengendalikan individu lain.
c.
Kebutuhan hubungan (need for affiliation), keinginan untuk menjalin suatu
hubungan antarpersonal yang ramah dan akrab.
2.
Teori Evaluasi
Kognitif
Teori
evaluasi kognitif (cognitive evaluation
theory) adalah teori yang menjelaskan bahwa pemberian
penghargaan-penghargaan ekstrinsik untuk perilaku yang sebelumnya memuaskan
secara instrinsik cenderung mengurangi tingkat motivasi secara keseluruhan.
Perkembangan
teori evaluasi kognitf adalah indeks diri (self-concordance),
yang mempertimbangkan tingkat sampai mana alasan-alasan seseorang untuk
mengejar suatu tujuan konsisten dengan minat dan nilai-nilai inti mereka.
3.
Teori Penentuan
Tujuan
Teori
penentuan tujuan (goal-setting theory),
teori bahwa tujuan-tujuan yang spesifik dan sulit dengan umpan balik dan
menghasilkan kinerja yang lebih tinggi.
4.
Program-Program
MBO: Mempraktikkan Teori Penentuan Tujuan
Manajemen
berdasarkan tujuan (management by objective-MBO) merupan program yang mencakup
tujuan-tujuan khusus, yang ditentukan secara partisipatif, untuk satu waktu
periode waktu yang eksplisit dengan umpan balik mengenai tujuan.
5.
Teori Efektivitas
Diri
Efektivitas
diri (self-efficacy) juga dikenal sebagai “teori kognitif sosial” atau “teori
pembelajaran sosial”yang merujuk pada keyakinan individu bahwa ia mampu
mengerjakan suatu tugas. Semakin tinggi efektivitas diri anda, semakin tinggi
rasa percaya diri yang anda miliki dalam kemampuan anda untuk berhasil dalam
suatu tugas.
Peneliti yang
mengembangkan teori efektivitas diri, Albert Bandura memperlihatkan ada empat
cara untuk meningkatkan efektivitas diri, yaitu:
a.
Penguasaan yang
tetap, perolehan pengalaman yang relevan dengan tujuan atau pekerjaan.
b.
Contoh yang
dilakukan oleh individu lain, menjadi lebih percaya diri apabila melihat individu lain
melakukan pekerjan tersebut.
c.
Bujukan verbal, lebih percaya diri
karena seseorang meyakinkan anda bahwa anda memiliki keterampilan yang
dibutukan untuk berhasil.
d.
Kemunculan, kemunculan memicu
keadaan bersemangat yang mendorong seseorang untuk menyelesaikan tugas.
6.
Teori Penguatan
Teori
yang bertentangan dengan teori penentuan tujuan adalah teori penguatan (reinforcement theory), dimana perilaku
merupakan sebuah fungsi dari konsekuensi-konsekuensinya. Dalam teori penguatan,
kita mempunyai sebuah pendekatan perilaku yang menunjukkan bahwa penguatan
mempengaruhi perilaku.
7.
Teori Keadilan
Teori keadilan
(equity theory) merupakan teori bahwa individu membandingkan
masukan-masukan dan hasil pekerjaan mereka dengan masukan-masukan dan hasil
pekerjaan orang lain, dan kemudian merespon untuk menghilangkan ketidakadilan.
Empat perbandingan rujukan yang bisa digunakan oleh seorang karyawan:
a. Diri-di dalam: Pengalaman-pengalaman seorang karyawan dalam
posisi yang berbeda didalam organisasi karyawan pada saat ini.
b.
Diri-di luar: Pengalaman-pengalaman seorang karyawan dalam posisi tau
situasi diluar organisasi karyawan pada
saat ini.
c.
Individu lain-di dalam: Individu atau kelompok individu lain didalam organisasi
karyawan tersebut.
d. Individu lain-di luar: Individu atau kelompok individu lain diluar
organisasi karyawan tersebut.
Teori
keadilan (equity theory) berfokus
pada:
a) Keadilan distributif (distributive justice), yaitu keadilan tentang jumlah dan pemberian
penghargaan diantara individu-individu.
b)
Keadilan organisasional (organizational justice), yaitu seluruh persepsi tentang apa yang adil
di tempat kerja, yang terdiri atas keadilan distributif, prosedural dan
interaksional.
·
Keadilan prosedural (procedural justice), yaitu keadilan yang dirasakan mengenai
proses yang digunakan untuk menentukan distribusi penghargaan-penghargaan. Dua
elemen penting dari keadilan prosedural adalah pengendalian proses dan penjelasan.
Pengendalian proses adalah untuk mengemukakan pandangan seseorang tentang
hasil-hasil yang diinginkan kepada para pembuat keputusan. Penjelasan adalah
alasan-alasan secara jelas yang diberikan kepada seseorang oleh sebuah proses,
mereka harus merasa bahwa mereka mempunyai kendali atas hasil dan bahwa mereka
diberi penjelasan yang memadai tentang alasan munculnya hasil tersebut.
·
Keadilan interaksional (interactional justice), yaitu persepi individu tentang tingkat
sampai mana seorang individu diperlakukan dengan martabat, perhatian dan rasa
hormat.
8.
Teori Harapan
Teori harapan (expectancy theory), yaitu kekuatan dari suatu
kecenderungan untuk bertindak dalam cara tertentu bergantung pada kekuatan dari
suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti dengan hasil yang ada dan
pada daya tarik dari hasil itu terhadap individu tersebut. Teori ini berfokus
pada tiga hubungan, yaitu:
1.
Hubungan usaha-kinerja. Kemungkinan yang dirasakan oleh individu yang
mengeluarkan sejumlah usaha akan menghasilkan kinerja.
2.
Hubungan kinerja-penghargaan. Tingkat sampai mana individu tersebut yakin
bahwa bekerja pada tingkat tertentu akan menghasilkan pencapaian yang
diinginkan.
3.
Hubungan penghargaan-tujuan-tujuan pribadi. Tingkat sampai mana penghargaan-penghargaan
organisasional memuaskan tujuan-tujuan pribadi atau kebutuhan-kebutuhan seorang
individu dan daya tarik dari penghargaan-penghargaan potensial bagi individu
tersebut.
BAB 7
MOTIVASI : DARI KONSEP MENUJU APLIKASI
MEMOTIVASI DENGAN MENGUBAH SIFAT DARI
LINGKUNGAN KERJA
Penelitian
dalam rancangan pekerjaan (job design) memberikan bukti yang lebih kuat bahwa cara elemen-elemen dalam
suatu pekerjaan diatur bisa berfungsi untuk meningkatkan atau mengurangi usaha.
1.
Model Karakteristik
Pekerjaan
Model
karakteristik pekerjaan (job characteristics model-JCM),
model yang menunjukkan bahwa pekerjaan apapun bisa dideskripsikan dalam lima
dimensi pekerjaan inti, yaitu: keanekaragaman keterampilan, identitas tugas,
arti tugas, otonomi, dan umpan balik.
a)
Keanekaragaman keterampilan (skill variety), yaitu tingkat sampai mana pekerjaan
membutuhkan beragam aktivitas yang berbeda.
b)
Identitas tugas (task identity), yaitu tingkat sampai mana suatu pekerjaan
membutuhkan penyelesaian seluruh pekerjaan yang bisa diidentifikasikan.
c)
Arti tugas (task significance), yaitu tingkat sampai mana suatu pekerjaan
mempunyai pengaruh yang substansial terhadap kehidupan atau pekerjaan orang
lain.
d)
Otonomi (autonomy), yaitu tingkat sampai mana suatu pekerjaan
memberikan kebebasan dan keleluasaan yang substansial untuk seorang individu
dalam merencanakan pekerjaan dan menentukan prosedur-prosedur yang digunakan
dalam melaksanakan pekerjaan tersebut.
e)
Umpan balik (feedback), yaitu tingkat sampai mana pelaksanaan
aktivitas-aktivitas kerja yang diwajibkan oleh suatu pekerjaan membuat seorang
individu mendapatkan informasi yang jelas dan langsung mengenai keefektifan
kinerjanya.
Dimensi-dimensi inti
bisa digabung menjadi sebuah indeks prediktif yang disebut dengan nilai potensi
yang memotivasi (motivating potential
score-MPS). Nilai tersebut dapat dihitung sebagai berikut:
MPS = {(keanekaragaman keterampilan +
identitas tugas + arti tugas) / 3} x otonomi x umpan balik
2.
Bagaimana Pekerjaan
Bisa Dirancang Ulang?
Beberapa cara dimana JCM bisa dipraktikkan untuk menjadikan pekerjaan lebih
termotivasi:
·
Rotasi pekerjaan (job rotation), yaitu pergantian periodik seorang karyawan
dari satu tugas ke tugas yang lain.
·
Perluasan pekerjaan (job enlargement), yaitu peningkatan jumlah dan variasi tugas
dari seorang individu melalui pekerjaannya
yang berbeda-beda.
·
Pengayaan pekerjaan (job enrichment), yaitu perluasan vertikal dari pekerjaan, yang
meningkatkan pengendalian pekerja terhadap rencana, pelaksanaan dan evaluasi
kerja.
3.
Susunan Pekerjaan
Alternatif
a. Jam kerja yang fleksibel (flexible
time-flextime)
Tindakan usulan Dimensi-dimensi pekerjaan
inti
b. Pembagian pekerjaan (job sharing)merupakan susunan yang memungkinkan dua
individu atau lebih untuk membagi suatu pekerjaan 40 jam per minggu
tradisional.
c. Telecommuting, yaitu merujuk pada karyawan yang melakukan
pekerjaan mereka di rumah, setidaknya dua hari dalam satu minggu terhubung
dengan kantor melalui komputer.
4.
Jangan Melupakan
Kemampuan dan Peluang
Peluang untuk bekerja (opportunity to
perform), yaitu tingkat kinerja yang tinggi sebagian merupakan sebuah fungsi dari
ketiadaan rintangan-rintangan yang menghalangi karyawan.
KETERLIBATAN KARYAWAN
Keterlibatan
karyawan (employee involvement),
yaitu sebuah proses partisipatif yang mengguanakan masukan karyawan dan
dimaksudkan untuk meningkatkan komitmen karyawan untuk keberhasilan organisasi.
Logika
yang mendasari adalah jika terlibat dlam keputusan-keputusan yang mempengaruhi
serta meningkatkan otonomi dan kendali mereka atas kehidupan kerja, karyawan
akan menjadi lebih termotivasi, berkomitmen terhadap organisasi, produktif, dan
puas dengan pekerjaan mereka.
1.
Contoh Program Keterlibatan Karyawan
Tiga bentuk utama dari keterlibatan karyawan,
antara lain sebagai berikut:
a. Manajemen partisipatif (participative
management) adalah proses dimana para bawahan berbagi suatu tingkat kekuatan pembuatan
keputusan yang signifikan dengan atasan-atasan langsung mereka.
b. Partisipasi representatif (representative
participation), yaitu para pekerja berpartisipasi dalam pembuatan keputusan
organisasional melalui sebuah kelompok kecil yang terdiri atas
karyawan-karyawan representatif.
c. Lingkaran kualitas (quality circle)adalah kelompok kerja yang terdiri atas
karyawan-karyawan yang bertemu secara teratur untuk mendiskusikan berbagai masalah
kualitas kerja, menyelidiki penyebabnya, merekomendasikan solusi dan mengambil
tindakan perbaikan.
MEMBERIKAN PENGHARGAAN KEPADA KARYAWAN
Dalam memutuskan bayaran karyawan dan bagaimana membayar
mereka manajemen harus membuat beberapa keputusan strategis. Pertimbangan
keputusaan penghargaan strategis utama yang harus dibuat:
1.
Berapakah Bayaran
Karyawan :Membentuk Struktur Bayaran
Sistem bayaran yang paling baik membayar pekerjaan sesuai dengan nilainya
(keadilan internal) dan memberikan bayaran yang mempunyai daya saing dengan
pasar tenaga kerja. Bayaran acap kali merupakan satu-satunya biaya operasi yang
paling tinggi untuk sebuah organisasi, yang berarti bahwa memberikan terlalu
banyak bayaran yang bisa membuat produk atau jasa organisasi menjadi terlalu
mahal. Ini adalah keputusan strategis yang harus dibuat oleh organisasi, dengan
nilai tukar yang jelas.
2.
Cara Pembayaran:
Memberikan Peghargaan Kepada Karyawan Individual Melalui Program Variabel
Bayaran
Program variabel bayaran (variable pay program), yaitu sebuah
rencana bayaran dimana pekerja-pekerja diberi bayaran dalam jumlah yang tetap
untuk setiap unit produksi yang diselesaikan. Jenis-jenis program variabel
bayaran:
a. Bayaran berdasarkan tarif per bagian, Rencana bayaran berdasarkan tarif per bagian (piece-rate
pay plan), yaitu rencana bayaran dimana pekerja-pekerja diberi bayaran
dalam jumlah yang tetap untuk setiap unit produksi yang diselesaikan.
b.
Bayaran Berdasarkan Prestasi, Rencana bayaran berdasarkan prestasi (merit-based
pay plan), yaitu rencana bayaran yang didasarkan pada penilaian kinerja.
c.
Bonus, Merupakan program bayaran yang menghargai karyawan
–karyawan untuk kinerja mereka pada saat ini daripada kinerja di masa lalu.
d.
Rencana Pembagian Laba (profit-sharing plan), sebuah program diseluruh organisasi yang
membagikan kompensasi berdasarkan beberapa rumus yang sudah ada yang dirancang
seputar profitabilitas suatu perusahaan.
e.
Pembagian Pendapatan (gain sharing), yaitu sebuah rencana insentif kelompok yang
berdasarkan pada rumus.
f.
Rencana Kepemilikan Saham Karyawan (employee stock
ownership plan-ESOP). Merupakan rencana tunjangan yang ditentukan oleh
perusahaan dimana karyawan-karyawan mendapatkan saham,seringkali dibawah harga
pasar, sebagai bagian dari tunjangan mereka.
3.
Cara Pembayaran:
Memberikan Penghargaan Kepada Karyawan Individual Melalui Rencana Bayaran
Keterampilan
Bayaran
berdasarkan keterampilan (skill based pay), yaitu rencana bayaran yang
menentukan tingkat-tingkat bayaran atas dasar berapa banyak keterampilan yang
dimilki oleh karyawan-karyawan dan berapa banyak pekerjaan yang bisa mereka
lakukan.
4.
Menghubungkan
Rencana Bayaran Berdasarkan Keterampilan Dengan Teori Motivasi
Rencana bayaran
berdasarkan keterampilan konsisten dengan beberapa teori motivasi. Memotivasi
karyawan untuk belajar, mengembangkan keterampilan dan berkembang konsisten
dengan teori ERG. Membayar karyawan untuk pengembangan tingkat keterampilan juga
konsisten dengan teori kebutuhan pencapaian. Bayaran berdasarkan keterampilan
mendorong karyawan untuk mengembangkan fleksibilitas mereka, terus belajar,
mempelajari keterampilan, menjadi individu yang menguasai beberapa bidang,
bekerja secara cooperative konsisten dengan teori penguatan. Selain itu,
bayaran berdasarkan keterampilan mungkin mempunyai implikasi keadilan.
5.
Tunjangan Yang
Fleksibel: Mengembangkan Paket Tunjangan
Tunjangan yang fleksibel (flexible benefits)
merupakan rencana tunjangan yang memungkinkan setiap karyawan untuk membuat
paket tunjangan yang disesuaikan secara individual dengan kebutuhan-kebutuhan
dan situasi dirinya.
Ada tiga jenis rencana tunjangan yang populer,
antara lain:
a.
Rencana modular, adalah paket
tunjangan yang telah dirancang sebelumnya, dengan setiap modul dibuat untuk
memenuhi kebutuhan dari sekelomok karyawan tertentu.
b.
Rencana
inti-tambahan, terdiri atas inti dari tunjangan dasar dan pilihan opsi tunjangan lainnya
seperti menu, dimana karyawan dapat memilih dan menambahkannya ke tunjangan
inti.
c.
Rencana-rencana
pengeluaran yang fleksibel, memungkinkan karyawan untuk mengkesampingkan jumlah uang
yang ditawarkan dalam rencana untuk membayar jasa tertentu.
6.
Penghargaan
Instrinsik: Program Pengakuan Karyawan
Program pengakuan karyawan berkisar dari ucapan “terima kasih” yang spontan
dan pribadi sampai program formal yang diumumkan secara luas dimana jenis-jenis
perilaku tertentu dianjurkan dan prosedur untuk mencapai pengakuan
diidentifikasi secara jelas.
Daftar Pustaka:
P. Robbins Stephen dan Timothy A. Judge. 2008.
Perilaku Organisasi,edisi dua belas. Jakarta: Salemba
Empat